Homestay dan Estetika Pulau Tidung

Popularitas Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, menyebabkan kedatangan wisatawan terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut berdampak pula pada masyarakat Pulau Tidung, yang kini menyediakan banyak homestay.

Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Tidung meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Tidung. Seperti baru-baru ini, ketika sekira 1.400 peserta Gabung Mulung Tidung (GMT) 3 datang ke pulau ini.

Fasilitas homestay yang rata-rata sama, dan tidak menyuguhkan kemewahan yang berlebih merupakan nilai estetika dari wisata Tidung yang harus dipertahankan. Bahkan, usaha untuk mempertahankan keaslian tempat wisata di Pulau Tidung membuat pulau ini menjadi contoh bagi tempat wisata di ujung timur Indonesia, yaitu Raja Ampat.

Pulau Tidung tidak hanya memiliki potensi wisata alam bahari. Di pulau ini terdapat potensi wisata sejarah dan agrowisata. Kedua hal inilah yang saat ini sedang terus dikembangkan oleh pemerintah Pulau Tidung.

Sebagai bukti wisata sejarah, di Pulau Tidung Besar terdapat sebuah makam Raja Pandita yang merupakan seorang raja di Kalimantan Timur. Raja Pandita juga yang memberikan nama pulau ini dengan Tidung, nama tersebut terinspirasi dari sebuah suku tempatnya berasal. Selain makam Raja Pandita, di Pulau tidung Kecil terdapat sebuah makam Panglima Hitam yang berasal dari Malaysia. Dia merantau dan tinggal di tempat ini hingga akhir hayatnya.

“Panglima Hitam itu sudah lebih dulu datang dibandingkan Raja Pandita. Namun, memang belum begitu tersohor karena kita sedang memfokuskan pengenalan kepada makam Raja Pandita.

Di Pulau Tidung Kecil akan segera dikembangkan agrowisata. Di tempat tersebut akan dibuat berbagai fasilitas outbound. Pengkajian terhadap tanaman yang dapat berkembang di Pulau Tidung Kecil telah dilakukan oleh pihak ketiga. Hasilnya menunjukan bahwa daerah tersebut cocok untuk perkembangbiakan buah naga. Diharapkan jika pengembangan agrowisata ini berhasil, maka hasil tanah Pulau Tidung akan bertambah, tidak hanya sukun.